Jumat, 10 Juli 2009

KEDIRI PERIODE KEMERDEKAAN





Dengan dijatuhkannya bom atom di Hirosyma dan Nagasaki pada tanggal 6 Agustus 1945 dan 9 Agustus 1945, pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada sekutu tanpa syarat. Dengan penuh kesabaran disertai keberanian dan bertekad “lebih baik mati berkalang tanah daripada dijajah” setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan kemerdekaanya pada tanggal 17 Agustus 1945 muncullah di Kediri Syodancho Bismo (Mayor Bismo) bersama-sama tokoh Gerakan Pemuda beralihlah kekuasaan Pemerintah dari tangan Jepang. Pertemuan besar-besaran dikalangan tokoh masyarakat Kediri dengan pemuda bertempat di Perguruan Taman Siswa (Jl. Pemuda No. 16 Kediri) dengan pokok pikiran: 1) Perlu segera diumumkan sikap pernyataan Daerah RI dan aparatur Pemerintah RI, 2) Segera melucuti senjata tentara Jepang.
Sikap yang tidak ragu-ragu diteruskan dengan pertemuan yang dihadiri oleh perwakilan tokoh masyarakat, pejabat-pejabat dan exponen bersenjata di Gedung Nasional Indonesia (GNI). Mayor Bismo mengawali masuk dan membimbing Fuko Cho Kan Alm. Abdul Rochim Pratolikrama dan ditengah-tengah gelora massa mengumumkan kesediaanya berdiri dibelakang Pemerintah RI dan mengangkat diri sebagai Resident RI Daerah RI. Massa Rakyat dengan pimpinan Mayor Bismo dengan disertai teriakan “Merdeka-Merdeka-Merdeka” menyerang markas Ken Pe Tai (Jl. Brawijaya 27), kemudian dilangsungkan perundingan. Sebagai hasil perundingan, Jepang menurunkan benderanya dan diganti bendera Merah Putih.
Demikian sekilas perebutan kekuasaan dari bangsa Jepang di Kediri, habislah sejarah Pemerintah Jepang di Kediri, maka Pemerintah beralih kepada RI. Mula-mula Walikota didampingi oleh Komite Nasional Kotamadya, kemudian daerah berkembang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

0 komentar:

Posting Komentar

 

KEDIRI ONLINE Copyright © 2008 Black Brown Art Template by Ipiet's Blogger Template